Minggu, 27 Oktober 2013

Memberi itu mudah, bisakah kita menerima?

Haloo.. Selamat Siang

Apa kabar blog saya ini?
Sudah satu bulan lebih saya tidak curhat menulis disini. Dikarenakan kesibukan yang tak kunjung usai. Tugas kuliah yang menumpuk, target pekerjaan yang harus dipenuhi yang membuat saya menguras bak mandi pikiran.

Siang ini pada hari senin, saya menulis tepat di depan laptop di meja kerja saya, entah.. mood dari mana, tiba-tiba terbesit begitu aja pengen ngeblog.
Ketika saya buka blog saya ternyata, udah banyak sarang laba-laba.. Pas saya buka halaman utama ada gelandangan tidur, karena udah lama gak saya buka.

Kali ini saya ingin share tentang 'Ikhlas'.

Pelajaran hidup yang katanya paling sulit itu memang belajar ikhlas, berdasarkan polling LSR (lingkaran Survey Remaja) menunjukkan kalau belajar mengikhlaskan sesuatu itu adalah hal yang sulit. Contohnya: mengikhlaskan kepergiannya. #loh
Yaa.. itu hanya sebagian contoh kecil dari beberapa hal yang patut diikhlaskan, seperti di lingkungan kerja, apabila diputus kontrak atau terjadi PHK apakah kita bisa menerima? Tanpa harus bersuudzon terhadap perusahaan yang telah memberi kita sandang, pangan, papan?
Padahal belum tentu ketika bekerja kita memberikan kekuatan penuh untuk perusahaan, lalu kenapa kalau seandainya kita dapat PHK atau tidak diperpanjang kontrak marah?
Apalagi kalau kerja males-malesan minta kenaikan UMP.

Ketika kita bersedekah, bisa saja kita ikhlas memberikan sebagian rezeki kita kepada yang miskin, ketika kita mendapat Gaji kita sumbangkan hingga 10% dari penghasilan, karena keyakinan kita kepada Nya karena DIA yang akan membalas semua amal-amalan kita.
Nah, Seandainya kalau DIA memberikan KETENTUAN yang menguji kita, bagaimana? apakah sanggup kita menerima? kebanyakan tidak. *istigfar*
Maka sering ada istilah begini: 'Yang terbaik untuk kita, belum tentu yang terbaik bagi Nya'
Ketentuan dari Nya itu bisa hal apa aja yang membuat kita sulit menerima, apapun itu. Pernah gak kalian ngerasain?
Sering kali kita menyalahkan keadaan, ya gara-gara inilah, gara-gara itulah. Sehingga kita sendiri jadi pusing akibat ketidakikhlasan pada suatu hal tersebut. Padahal, sebenarnya itu ujian dari Nya loh, karena yang menerima itu hanya orang-orang terpilih, dan kalau kita bisa melewatinya itu akan menaikkan derajat kita dihadapan Nya. Di hadapan Nya, bukan dihadapan manusia. Sadar atau tidak sadar.

Mudah-mudahan tulisan ini bisa saling mengingatkan bagi saya sendiri dan pembaca, semoga kita diberikan kekuatan agar bisa mengikhlaskan apa yang sudah menjadi  ketentuan dari Nya. Amin



1 komentar:

  1. Ikhlas memang butuh waktu dan tak bisa dipaksakan karena semuanya dari hati. Semoga seiringnya berjalan waktu kita bisa mencoba untuk lebih ikhlas lagi menerima semua teguran atau hadiah dariNYA :)

    BalasHapus