Kamis, 15 Agustus 2013

Jangan menyerah untuk jujur.

Dari beberapa hari yang lalu, saya menonton berita. Berita tentang kasus korupsi.
Yap, pasti sebagian ada yang sudah tau. Kasusnya adalah: Kasus Korupsi di BPP Migas.
Yang menarik disini adalah salah satu tersangka korupsinya adalah seorang yang bergelar: Professor. Beliau salah satu guru besar salah satu universitas terkemuka di Bandung.

Professor loh. Ini kan gelar pendidikan yang udah tinggi ya. Terus terang, saya penasaran apa motif sang professor ini melakukan korupsi? Sekedar hobi? untuk memperkaya diri?  Bokek? apalagi.. 

Untuk kesekian kalinya tersangka koruptor dengan latar belakang pendidikan yang tinggi. Mulai dari S1, S2, S3 sampai S cendol.. 
Apa mereka nggak sadar uang yang mereka ambil itu adalah uang haram? Uang yang mereka ambil lalu dinafkahkan kepada keluarga mereka itu adalah uang yang bukan haknya. 
Coba bayangin:
Anak anda makan dari hasil korupsi. Gimana?
Istri anda belanja untuk membiayai pendidikan anaknya dari hasil korupsi. Gimana?
Lalu sedekah, apa iya dari hasil korupsi? 
Apakah mereka gak sadar? wahai para koruptor..
Yang paling ngeri, koruptor dari pejabat yang berlatar belakang Agama. Itu udah lebih ngeri lagi..

Di lingkungan kerja saya juga ada.
Kami sebagai rekan kerja, seringkali membahas kasus-kasus korupsi yang sedang bergulir di Indonesia. Untuk mengisi obrolan pada jam-jam makan siang atau saat waktu luang bekerja.
Tapi mohon maaf, tanpa disadari, di lingkungan kantor pun banyak juga kegiatan korupsi-korupsi kecil.
Contohnya: Mark up.
Kantor saya saat ini adalah perusahaan distributor salah satu notebook lokal. Biasanya saat ingin mengadakan pameran, kita membuat material promosi, seperti: brosur, x-banner, parcell saat hari raya dll.
dari hal-hal kecil itu saja seringkali karyawan yang dipercaya membuat material tadi, berani mark up harga yang sudah ditentukan oleh perusahaan material promo tersebut untuk memperkaya diri sendiri dengan dalih: "lumayan buat nambah ongkos, lumayan buat uang makan" dan yang paling ngeri lumayan apa: "lumayan buat beli susu anak."
Padahal ketika diskusi makan siang, terkadang kami membicarakan kebejatan para pejabat kita. Ini-itu dibilang parah. Apa kamu gak sadar? Kamu itu korupsi juga loh. Saya pernah mengingatkan dengan penyampaian yang halus kepada rekan-rekan kantor saya, bukannya saya sok suci atau gimana, walaupun kami berbeda keyakinan , tidak ada salahnya untuk saling mengingatkan, bukan? kita masing-masing punya kepercayaan masing-masing. Kita punya Tuhan. Masa gak percaya kalau Tuhan yang akan mencukupkan rezeki kita?

Tentu sekarang kita bebas berpendapat, kita bebas mengomentari tingkah para pejabat Koruptor di Indonesia ini. Tapi, jangan lupa dengan apa yang kita bicarakan itu sebagai cerminan buat kita sendiri. Seperti halnya menulis, tentu tulisan ini sebagai bahan intropeksi kepada penulis tersebut. Maka tidak heran kalau di al-qur'an banyak sekali penjelasan mengenai kemunafikan.
mudah-mudahan kita terhindar dari sifat yang seperti itu.

Lalu untuk di Indonesia sendiri. Pejabat koruptor itu biasanya yang berpendidikan tinggi. Kenapa bisa korupsi? Apa dulu waktu sekolah ga pernah di jarin sama gurunya kalau korupsi itu dilarang. Apa kurang penghsilannya? takut uang pensiunnya kurang? Gak ngerti.

Mungkin menurut saya. Sistem pendidikan di Indonesia terlalu memberikan materi yang formal. Harusnya sejak kecil, karena saat masih kecil yang paling penting, ketika sel otak sedang bertumbuh dengan pesatnya, agar tertanam pada pikirannya. Ditanamkan nilai-nilai norma yang membuat orang-orang sadar akan suatu perbuatan, sebab-akibatnya seperti apa. Mulai dari nilai-nilai sosial, dengan terjun langsung ke lapangan membantu orang-orang. Bukan hanya pelajaran teori, itu kurang efektif. Menurut saya ini penting. Agar ketika si anak nanti sudah besar, sudah tertanam jiwa-jiwa sosial pada anak ini. Apa mungkin anak yang jiwa sosialnya tinggi melakukan Korupsi? jangankan korupsi, dia makan sendirian aja sayang kalau ada orang disekitarnya belum makan. Karena apa? sedari kecil sudah diajarkan bagaimana hidup 'PRIHATIN.' Bagaimana dia peduli dengan sesamanya. Kalau dari kecil udah hidup enak, dimanjain sama orang tuanya. belajar, meraih gelar sarjana. Ya mungkin jadinya seperti itu. KORUPTOR.

Mudah-mudahan tulisan ini menjadi pengingat bagi pembaca dan saya sendiri. Percayalah kepada Tuhan karena DIA-lah yang maha mencukupkan. Yakin. Sebaik-baiknya rezeki adalah rezeki yang diberkahi keridhoan dari-Nya.

Wassalam.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar